JUWARIYAH BINTI HARITS (Wanita Yang Membawa Berkah)

Hasil gambar untuk JUWAIRIYAH BINTI HARITS Wanita Yang Membawa Berkah 
Nama aslinya adalah Burrah binti Harits bin Abu Dhirar. Ayahnya bernama al-Harits yang merupakan pemimpin Bani Musthaliq. Juwairiyah adalah sosok yang cantik, baik hati, dan luas ilmunya. Kehadiran Juwairiyah adalah sebuah berkah bagi kaumnya.

Aisyah menggambarkan sosok Juwairiyah, "Aku tidak pernah melihat seorang perempuan yang berkahnya paling banyak bagi kaumnya dari Juwairiyah."

Kisah Islamnya Juwairiyah tak lepas dari permusuhan Bani Musthaliq kepada Islam. Harits bin Abu Dhirar yang menyembah berhala hendak menghalangi dawah Rasulullah di Madinah. Mendengar Bani Musthaliq siap mengangkat senjata, Rasulullah memerintahkan para sahabatnya untuk siap berjihad. Rasulullah menjadi panglima dalam perang Mustaliq ini.

Kedua pasukan bertemu di daerah Mu Raisi. Bersama pasukan Muhajirin dan Anshar, Rasulullah berhasil mengalahkan Bani Mushtaliq. Suami Juwairiyah, Musafi’ bin Shafwan turut terbunuh dalam perang ini. Karena kalah perang, harta dan wanita Bani Mushaliq, termasuk Juwairiyah menjadi tawanan kaum Muslimin.

Rasulullah pun membagikan tawanan wanita Bani Musthaliq, salah seorang di antaranya Juwairiyah binti Harits yang diserahkan pada Tsabit bin Qais bin Syams.

Karena Juwairiyah termasuk pemuka kaumnya, ia merasakan kesedihan dan beban yang luar biasa akibat kekalahan Bani Musthaliq. Suaminya terbunuh, ayahnya melarikan diri, dan kini dia beserta kaumnya menjadi tawanan kaum Muslimin.

Juwairiyah pun berinisiatif menemui Rasulullah. Dia menyampaikan segala keluh kesahnya dan meminta kebebasan. Merasa kasihan dengan beban Juwairiyah, Rasulullah pun bersedia membebaskan Juwairiyah, kemudian menikahinya.

Berita tentang pernikahan Rasulullah dan Juwairiyah pun tersebar di kalangan para sahabat. Para sahabat menilai, Bani Musthaliq yang kini menjadi kerabat Rasulullah tidak pantas menjadi tawanan. Akhirnya, seluruh wanita dan kaum Bani Musthaliq dibebaskan tanpa syarat.

Setelah kebebasannya, Bani Musthaliq yang ditawan kaum Muslimin mengikrarkan keislamannya. Meski cemburu dengan sosok Juwairiyah, Aisyah menggambarkan betapa kehadiran Juwairiyah adalah berkah bagi kaumnya. Selain mendapat kebebasan, mereka juga mendapat cahaya Islam berkat pernikahan Juwairiyah.


Juwairiyah wafat pada masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sofyan. Beliau wafat pada usia 60 tahun dan dikuburkan di Baqi’, bersebelahan dengan makam Istri Rasulullah lainnya.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar